Tamasya dengan keluarga
Hari ini aku memenuhi janjiku ke anak untuk mengajak jalan-jalan menggunakan MRT (Mass Rapid Transit). Sudah lama menjanjikan dan sudah berkali-kali ditagih kapan mau jalan-jalan pakai MRT, namanya juga anak kecil yang masih penasaran dengan yang namanya kereta, pesawat, dan kapal laut. Terutama anakku yang suka sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan kendaraan, entah itu mobil, truk, bus, escavator, mobil pemadam, pesawat semuanya digandrunginya. Tiap kali jalan-jalan kalau ketemu toko mainan pasti minta dibelikan yang mainan yang paling masih berputar pada kendaraan darat atau laut. Di rumah sudah berapa banyak mainan mobil-mobilan, pesawat, helicopter, motor balap, truk, bus, truk gandeng, escavator yang sudah dibeli, untungnya anakku bukan tipe yang harus beli mainan mahal, biasanya malah sering beli mainan harga dibawah tiga puluh ribuan dimana biasanya belinya di abang-abang kaki lima atau yang keliling.
Teringat dulu sekitar tahun 2008 waktu pertama kali merantau ke Jakarta, saat itu aku baru pertama kali merasakan naik busway. Kalau sekarang orang lebih banyak menyebutnya Transjakarta, tapi dulu orang lebih populer menyebutnya dengan busway yang padahal kalau diartikan ke bahasa Indonesia artinya jalan bus. Dulu mungkin karena yang namanya transjakarta merupakan tipe moda transportasi yang baru dimana punya keunikan tersendiri yaitu dengan memiliki jalan khusus yang bebas hambatan dan bentuk halte-halte yang berbeda dan bisa dibilang lebih eksklusif jika dibandingkan dengan halte bus kopaja yang sudah lama beroperasi sebelumnya. Aku ingat dulu pertama kali mencoba transjakarta masih merasakan promo gratis. Dulu bersama teman-teman yang masih sama-sama bujang dan sama-sama baru merantau ke Jakarta, kami berkeliling Jakarta dengan gratis menggunakan moda transportasi ini. Teringat ketika aku baru masuk halte busway, disitu ditempel kertas informasi kalau bus akan lewat setiap lima menit sekali, namun kenyataanya kami harus menunggu lebih dari lima belas menit sampai bus tiba. Sebagai jenis moda transportasi yang baru, dulu jalan busway banyak ditentang atau dikritik orang-orang, ini menurut ingatanku dulu dimana dulu banyak didiskusikan di tv kalau jalan busway ini membuat kemacetan lebih parah karena jalan di Jakarta banyak yang sudah kecil tambah kecil lagi karena jalan busway. Makanya dulu banyak orang yang suka menerobos jalur busway ini karena selain menghindari kemacetan juga biasanya jalur ini bebas hambatan, walaupn dari dulu sudah ada palang, tapi masih sering juga orang menerobos jalur busway ini.
Tepatnya setelah shalat zhuhur, sekitar jam 13.00 kami naik bajaj dulu menuju halte busway. Wajah anakku sudah berbinar-binar dari pagi hari sejak baru bangun karena malam sebelumnya sudah kuceritakan kalau besok mau jalan-jalan naik Transjakarta sama MRT. Benar juga pas bangun wajah berseri-seri terlihat sangat semangat untuk jalan-jalan ini. Kami turun di dekat JPO, kemudian naik menuju halte. Kalau dulu untuk bayar ongkos Transjakarta cuma bisa tunai, sekarang sudah modern, kami pakai kartu e-money. Seingatku ongkosnya masih sama seperti dulu masih Rp. 3.500. Cuma satu hal yang membuatku kagum dengan Transjakarta sekarang adalah semboyan yang ditempelkan di secarik kertas pada dinding halte dulu sudah tercapai sekarang, benar-benar jarak antara satu bus dengan bus lainnya kurang dari lima menit. Setelah naik kedalam bus, petugas didalamnya langsung berteriak “penumpang prioritas”, karena ada istri dan anakku yang baru naik. Aku langsung ikut mengantar mereka duduk di bagian bus yang depan dekat dengan sopir, cuma tiba-tiba aku diingatkan oleh petugas tersebut kalau laki-laki tempatnya dibelakang. Agak kaget dan sedikit malu juga karena aku baru tau kalau sekarang peraturannya seperti itu. Kalau dulu seingatku belum ada peraturan serupa, penumpang memilih tempat yang ditemukan saat pertama naik. Cuma terhadap peraturan ini aku setuju, memang perlu dipisahkan antara wanita dengan laki-laki untuk jaga-jaga agar tidak terjadi pelecehan kepada penumpang wanita.